Sedekah Ekstrem Bolehkah? Ini Jawabannya
Sedekah Ekstrem Bolehkah? Ini Jawabannya
Bagaimanakah jika kita menunaikan sedekah dengan jumlah yang
banyak, namun terbersit perasaan terpaksa atau tidak ikhlas. Apakah kita akan
tetap mendapat pahala atas sedekah kita? Karena, sebelumnya muncul anggapan,
jika sedekah menunggu ikhlas maka sedekah yang ditunaikan tidak akan pernah
banyak. Karena belum menjadi kebiasaan. Karena jika terbiasa maka akan bisa;
bisa ikhlas dengan sedekah yang banyak. Tidak lagi merasa terpaksa.
Mufasir sekaligus cendikiawan muslim Indonesia, Muhammad Quraish
Shihab menguraikan pandangannya terkait hal tersebut. Quraish Shihab
menjelaskan, keterpaksaan terbagi menjadi dua, yaitu dipaksa orang dan dipaksa
oleh diri sendiri.
“Jika kita memaksaan diri untuk kebaikan maka itu baik. Akhlak itu
tidak akan tercipta tanpa kebiasaan dan awal dari membiasakan adalah dengan
memaksa. Sementara jika bersedekah karena ancaman maka namanya tidak tulus,”
jelas Quraish Shihab, pada program acara Shihab & Shihab di
Narasi TV, yang dipandu oleh jurnalis sekaligus putrinya, Najwa Shihab.
Pada gelar wicara (talkshow) yang
bertajuk Berbisnis dengan Allah, muncul pertanyaan selanjutnya yang menyoal
sedekah ekstrem. Sedekah ekstrem yang dimaksud adalah ketika seseorang
menyedekahkan sebagian bahkan seluruh harta di saat orang itu sedang kesulitan
finansial. Seseorang itu berharap agar Allah Swt segera mengembalikan hartanya
berlipat kali sehingga dapat menyelesaikan kesulitan finansialnya. Apakah
sedekah dengan pola pikir seperti itu dibenarkan?
Quraish Shihab menganjurkan agar kita senantiasa bersikap moderat.
Dirinya juga menegaskan agar kita jangan pernah mengatakan kepada orang lain
untuk mengeluarkan semua (harta) yang ada di saku, dan mengiming-iming bahwa
nanti akan datang dari yang lain.
“Al Quran mengatakan, jangan biarkan lenganmu membelenggu lehermu
(kikir) dan jangan juga mengeluarkannya sedemikian rupa. Nabi Muhammad Saw juga
bersabda ketika akan mengambil zakat dari seseorang, maka jangan ambil hartanya
yang paling baik atau yang paling disenangi. Ambillah yang pertengahan dan bagi
yang bersangkutan hendaknya tidak mengeluarkan (harta) yang paling tidak
disukai,” papar Menteri Agama pada Kabinet Pembangunan VII (1998).
Profesor lulusan Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir itu
mengungkapkan, tidak setuju dengan orang yang mengiming-imingi sedekah ekstrem,
karena hal tersebut bukanlah tuntunan agama yang dirinya pahami.
“Maka keluarkanlah sedekah tetapi ingat, masih ada keluargamu dan
masih ada hari esok,” tutur Rektor UIN Syarif Hidayatullah masa jabatan
1992-1998. [Red: Wahyu Noerhadi]

Komentar
Posting Komentar